Jumat, 19 Desember 2014
Kamis, 24 Juli 2014
Pantai Bandealit - Serpihan Surga Yang Terlempar Ke Bumi
Sebuah perjalanan yang cukup panjang, dimulai dari kota Jember, menuju Kecamatan Tempurejo, sebuah kecamatan dengan kontur geografis yang beragam, mulai dari areal persawahan, lingkungan perumahan desa, hutan perkebunan produktif, hutan rakyat, sampai dengan hutan hujan tropis dengan aneka ragam jenis flora dan fauna dan pantai yang indah.
Perjalanan mulai terasa nuansa alam sejak memasuki wilayah perkebunan Kota Blatter, perkebunan yang mempunyai pantai indah yaitu Pantai Rowo Cangak yang pernah diliput oleh penulis di Nyanyian Sunyi Rowo Cangak. Perkebunan karet mulai meneduhkan pandangan mata, masuk di wilayah ini terlihat perumahan-perumahan khas perkebunan.
Memasuki wilayah Taman Nasional Merubetiri perjalanan mulai memasuki track yang menantang. Jalan berbatu, licin, terjal naik turun dan jurang terjal dan dalam. Dengan motor roda dua jenis bebek, perjalan cukup membuat tubuh berkeringat, karena hari diguyur hujan rintik dengan kabut tipis menambah licin jalan berbatu menuju pantai.
Hutan hujan tropis yang hijau sepanjang perjalanan sangat memanjakan mata, walaupun harus tetap konsentrasi dalam berkendara agar tidak terpeleset jatuh. Sepanjang perjalanan disuguhkan hijau daun dan aliran air terjun yang menyegarkan. Sejenak berhenti dan beristirahat menikmati air terjun. Perjalanan dilanjutkan masih dengan berbatu dan licin, setelah melewati jalan tercuram perjalan sudah sedikit melandai walau masih licin berbatu. Sebuah sungai dengan batu-batu besar membelah jalan.
Memasuki desa terujung di Taman Nasional Merutiri, desa dengan sekolah satu atapnya, dengan satu bidan yang selain membatu persalinan juga membantu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat setempat, dengan aroma kopi yang masih segar, sayur, bunga, buah, semuanya terpadu dalam kesederhanaan dan keramahan, memberikan nuasa tersendiri.
Debur umbak mulai terdengar di balik hutan, sebuah papan nama Muara Barat Pantai Bandealit menyambut, gazebo tempat beristirahat terlihat menyendiri di bawah pohon.
Sebuah pantai dengan pasir abu-abu dengan ombak yang tinggi...... Sebuah kenikmatan dari Tuhan Yang Maha Esa.....
Lelah dari perjalanan seolah sirna oleh pemandangan yang mempesona. Hijau hutan hujan tropis berpadu dengan laut selatan yang ganas. Sebuah muara sungai yang landai tempat rusa menghilangkan rasa haus membuat lengkapnya pesona Bandealit.
Tanpa alas kaki berjalan sendiri menyusuri pantai membuat hati terasa tenang... damai...
Sendiri menikmati serpihan surga yang terlempar ke bumi.
Sebuah perjalanan panjang yang terbayarkan....
(c) 2014 by Rudi B. Prakoso
Lokasi : Taman Nasional Merubetiri - Pantai Bandealit - Kecamatan Tempurejo - Kabupaten Jember - Jawa Timur
Foto dan tulisan : Rudi B. Prakoso
Alat : Sony pocket camera
Rabu, 23 Juli 2014
Pantai Payangan - Serpihan Surga Yang Terlempar Ke Bumi
Lama tidak berkelana menikmati kesendirian di antara indahnya alam. Suatu saat selesai melihat perkembangan proyek pembangunan kantor UPTB BPPKB Kecamatan Jenggawah, tak kuasa menahan hati untuk berbelok meneruskan perjalanan ke Kecamatan Ambulu.
Sebuah Kecamatan di ujung selatan Kabupaten Jember, Kecamatan Ambulu ini mempunyai objek wisata yang sudah terkenal yaitu Pantai Watuulo - Pantai Papuma dengan tanjung Malikannya yang sudah menjadi primadona wisata Kabupaten Jember. Pantai Watuulo - Papuma sudah sangat sering sekali berkunjung kesini.
Memasuki jalan menuju pantai hati ingin berganti arah, pecabangan jalan menuju Papuma sudah didepan mata, reflek tangan berbelok ke arah kiri, entah apa yang membawa hati untuk ke arah kiri. Memasuki kawasan desa nelayan dengan aroma khas pengeringan ikan. Terus berjalan ke arah dermaga disisi kanan jalan terdapat tempat parkir sepeda motor yang dikelola oleh pemuda setempat.
Lebih baik motor di parkir, dan tanpa alas kaki berjalan di pinggir pantai........
Ahhhhh..................... Sebuah serpihan surga yang terlempar kebumi.......
Pasir hitam hangat menyapa kulit telapak kaki...heemmmmmm....
Pantai dengan pasir hitam cukup panjang dari ujung ke ujung. Suasana pantai yang sepi di hari mulai beranjak sore, menambah nikmatnya acara jalan-jalan di pantai. Hanya sendiri, bagai pantai milik pribadi.
Pantai dengan pasir hitam mulai berhias dengan gugusan batu karang, dengan bukit-bukit yang cukup tinggi dan batu-batu karang yang terkikis ombak pantai selatan, membuat ornamen-ornamen yang indah. Suasana masih sepi sebuah bukit menjulang di depan mata, hanya batu yang kontras dengan rumput hijau membuat hati penasaran untuk mendaki bukit tersebut. Cukup sulit...jalan hanya setapak dengan batu-batu tajam terjal.
Sebuah pemandangan indah menyeruak didepan mata. Laut pantai selatan yang terkenal ganas dengan ombak tinggi menghantam karang dan pulau - pulau karang kecil. Biru langit berpadu dengan biru laut dan ombak tinggi batu karang... Sebuah serpihan surga yang terlempar kebumi... Sungguh indah kenikmatan yang diberikan oleh Nya.
Duduk sendiri menikmati alunan masik alam yang merdu..... ombak.... angin.... air.... batu.....
Sebuah alunan musik yang tidak bisa diciptakan oleh manusia, hanya Tuhan yang mampu....
Gugusan batu karang membentuk ornamen yang hanya Tuhan yang mampu memahatnya.
Puas menikmati pantai di balik bukit, hati masih ingin melanjutkan berjalan lebih jauh ke pantai sebelah timur.
Sebuah padang rumput hijau bagai lapangan golf menyambut mata, hijau dan hitam kembali berbaur, terus berjalan menikmati perpaduan warna. Kapal-kapal nelayan mulai menjadi point of view pemandangan alam. Warna-warna kontras menghiasi kapal nelayan berpadu dengan hitamnya pasir pantai. Suasana masih sepi tidak ada aktifitas nelayan.
Sebuah bukit kembali menyapa, cukup tinggi. Sebuah jalan setapak menanti untuk dilalui. Sedikit berjuang dalam menyusuri jalan setapak, dan kembali Tuhan memberikan kuasanya.....
Air sungai yang coklat berpadu dengan air biru laut.
Arus sungai yang pelan di padu dengan ombak pantai selatan yang kuat menciptakan pemandangan yang sungguh indah... Burung - burung camar berburu ikan di balik karang dan arus ombak yang kuat, menambah indahnya pantai ini.
Hari semakin sore tak kuasa ingin meninggalkan pantai ini, Pantai Payangan kembali menyuguhkan pemandangan sore yang indah, semburat warna sang surya memberikan kedamaian.
Pantai Payangan - Serpihan Surga Yang Terlempar ke Bumi
(c) 2014 by Rudi B. Prakoso
Lokasi : Pantai Payangan - Kecamatan Ambulu - Kabupaten Jember - Jawa Timur - Indonesia
Foto dan Tulisan : Rudi B. Prakoso
Alat : Samsung Galaxy Young
Langganan:
Postingan (Atom)
Kembali Ku Menulis - Bagian 1 - Rembangan Royal Resort and Spa
Sudah lama aku tidak menulis sesuatu ataupun memposting foto indahnya alam ini. Saat ini ketika tersedia waktu untuk sekedar menulis cerita...
-
Seekor kupu-kupu mempunyai perjalan hidup yang panjang Bahkan mungkin menyakitkan Berawal dari seekor ulat Berlanjut dengan puasa tanpa maka...
-
Alam memang menyimpan sejuta pesona, mulai awan gemintang sampai dasar samudra. Indonesia salah satu negara dengan sejuta pesona itu mencob...
-
Desa Sucopangepok Kecematan Jelbuk, sebuah desa dengan kedamaian di antara hijau hutan dan sawah. Desa Sucopangepok adalah sebuah desa yang...